A. PENGERTIAN
HIV adalah singkatan daripada Human Immunodeficiency
Virus, iaitu sejenis virus yang bertindak dengan melemahkan dan memusnahkan
sistem daya tahan badan manusia. Virus HIV telah dikenalpasti sebagai virus
yang menyebabkan AIDS.
AIDS
(Aquired Imunodeficiency Syndrom) diartikan sebagai bentuk paling berat dari
keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi human imunodeficiency
virus atau HIV. (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).HIV (Human Imunodeficiency
Virus) diartikan sebagai HTLV III (Human T-Cell Lymphotropic Virus tipe III)
dan virus yang berkaitan dengan limfa denopati (LAV: limphadenopathy Asociated
Virus). (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).
HIV/AIDS ialah singkatan bahasa
Inggris untuk Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune
Deficiency Syndrome ataupun Sindrom Kurang Daya Tahan Melawan Penyakit.
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV, (bahasa
Inggeris: Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan memusnahkan
daya ketahanan badan. AIDS adalah nama singkatan dan merupakan peringkat dalam
mana pesakit mempunyai CD4 kurang dari 200 atau mempunyai penyakit berjangkit
yang lain. Lazimnya seseorang yang sihat tidak mudah dijangkiti penyakit.
(Yayasan Wikipedia)
A. ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong
Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama
kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983
dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika
Serikat pada tahun 1984 mengisolasi
(HIV) III. Kemudian atas kesepakatan
internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency
Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan
partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel
target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk
virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan
seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan
inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap
infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup
penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu
bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk
silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim
reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas
lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian
luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus
sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan
mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol,
jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan
sinar utraviolet.
Virus HIV
hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV
dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.
B. PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam kelompok virus yang dikenal
sebagai retro virus yang menunjukan bahwa virus tersebut membawa materi
genetiknya dalam asam ribonukleat(RNA) dan bukan asam dioksiribonukleat (DNA).
Virion HIV (partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung)
mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang tepancung dimana p24 merupakan
komponen structural yang utama. Tombol atau knob yang menonjol lewat dinding
virus terdiri atas protein gp120 yang terkait dalam protein gp41. bagian yang
secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4 – positif (CD4+) adalah gp120 dari
HIV.
Sel –sel CD4+ mencakup monosid, makrofag dan limfosid
T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV) :
limfosid T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel
diatas sesudah terikat dengan membrane T4 helper, HIV akan menginjeksikan 2
utas benang RNA yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim
yang dikenal sebagai reserve transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman
ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double –
stranded DNA (DNA utas – ganda ) DNA ini akan disatukan dalam nucleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanent. Siklus replikasi HIV dibatasi dalam
stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi
dapat dilaksanakan oleh anti gen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau
interleukin1)atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV:
sitomegalovirus), virus Epstein – barr, herpes simplek dan hepatitis. Sebagai
akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan replikasi serta
pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan HIV yang baru
dibentuk ini kemudian dilepas dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainya.
Infeksi
monosid dan makrofag berlangsung secara per sistem dan tidak mengakibatkan
kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV
sehiongga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke
seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh
sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki
kemampuan untuk memproduksinya. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa
sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfa akan
terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang
perjalanan infeksi HIV: tempat primernya adalah limfoid. Ketika sistem imun
terstimulasi replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam
plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain.
Penularan,
HIV masuk dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen, secret vagina,
serta transmisi dari ibu ke anak. 3 cara penularan HIV adalah sebagai
berikut:
1.
Hubungan seksual baik itu homoseksual ataupun
heteroseksual. Baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap
HIV.
2. Kontak langsung dengan darah, produk darah
ataupun jarum suntik misalnya transfuse darah, pemaikan jarum suntik tidak
steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik.
3. Transmisi secara vertical dari ibu hamil
pengidap HIV kepada bayinya melalui plansenta.
Pencegahan, karena belum ada obat yang dapat mencegah
serta mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling
tepet untuk mengatasi atau menurunkan insidens penyakit ini yaitu:
-
Pendidikan kepada kelompok yang beresiko AIDS
-
Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk
tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan
seksualnya guna mencegah terjadinya penularan.
-
Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV.
- PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor
resiko yang potensial, termasuk praktik seksual yang bereksiko dan penggunaan
obat-obat bius IV. Status fisik dan
psikologis pasien harus dinilai semua factor yang mempengaruhi sistem imun
perlu digali dengan seksama.
Status
nutrisi dinilai dengan menanyaka riwayat diet dan mengenali factor-faktor yang
dapat mengganggu asupan oral seperti anareksia, mual, fomitus, nyeri oral atau
kesulitan menelan
Kulit dan
membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi,
ulserasi, atau infeksi.
Status
respiratorius dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi
sputum, nafas yang pendek, ortopnea, takitnea, nyeri dada.
Status
neurologis ditentukan dengan tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap
orang, tempat serta waktu, dan ingatan yang hilang.
Status
cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa
untuk menentukan turgor dan kekeringannya.
Tingkat
pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus
dievaluasi. Disamping itu, tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat
perlu dinilai.
- DIAGNOSA
Diagnosa
keperawatan umum yang utama bagi penderita penyakit AIDS dapat mencakup keadaan
berikut ini:
-
Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, eksoriasi dan diare
pada kulit.
-
Diare
yang berhubungan dengan kuman pathogen usus dan atau infeksi HIV.
-
Resiko
terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodevisiensi.
-
Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
ganmgguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai
infeksi paru.
-
Perubahan
proses piker yang berhubungan dengan penyempitan tentang perhatian, gangguan
daya ingat, keingungan dan disorientasi yang menyertai ensefalopati HIV.
-
Bersihan
saluran nafas tidak evektif yang berhubungan dengan pneumonia pneumocystis
carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk
yang menyeratai kelemahan serta keadaan mudah letih.
-
Nyeri
yang berhbungan denagn gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma
Kaposi dan neuropati perifer.
-
Perubahan
nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan penurunan asupan
oral
-
Isolasi
sosial yang berhungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem
pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bla dirinya menulari orang lain.
-
Berduka
diantisipasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup sertyta peranannya,
dan dengan prognosis yang tidak menyenangkan.
-
Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan
perawatan mandiri.
- PERENCANAAN
Perencanaan
bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharan integritas kulit, pemulihan
kembali kebiasaan devekasi yang normal, tidak adanya infeksi, perbaikan toleran
terhadap aktivitas, perbaikan proses fakir, perbaikan kliren saluran nafas,
peningkatan rasa nyaman perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi,
ekspresi berduka, peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit serta
perawatan – mandiri, dan tidak adanya komplikasi.
- EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut :
-
Mempertahankan integritas kulit.
-
Mendapatkan
kembali kebiasaan devekasi yang normal
-
Tidak mengalami infeksi
-
Mempertahankan
tingakat toleransi yang memadai terhadap aktivitas
-
Mempertahankan
tingkat proses berfikir yang rajin
-
Membertahankan
klirens saluran nafas yang efektif
-
Mengalami
peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri.
-
Mempertahankan status nutrisi yang memadai
-
Mengalami
pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan sosial.
-
Melewati proses kesediahan atau duka cita.
-
Melaporkan
peningktan pemahaman tentang penyakit AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak
mungkin dalam kegiatan perawatan – mandiri.
-
Tidak adanya komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar