Total Kunjungan

Selasa, 06 Maret 2012

ASKEP AIDS (Aquired Imunodeficiency Syndrom)

A. PENGERTIAN
HIV adalah singkatan daripada Human Immunodeficiency Virus, iaitu sejenis virus yang bertindak dengan melemahkan dan memusnahkan sistem daya tahan badan manusia. Virus HIV telah dikenalpasti sebagai virus yang menyebabkan AIDS.
AIDS (Aquired Imunodeficiency Syndrom) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi human imunodeficiency virus atau HIV. (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).HIV (Human Imunodeficiency Virus) diartikan sebagai HTLV III (Human T-Cell Lymphotropic Virus tipe III) dan virus yang berkaitan dengan limfa denopati (LAV: limphadenopathy Asociated Virus). (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).
HIV/AIDS ialah singkatan bahasa Inggris untuk Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome ataupun Sindrom Kurang Daya Tahan Melawan Penyakit.
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV, (bahasa Inggeris: Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan memusnahkan daya ketahanan badan. AIDS adalah nama singkatan dan merupakan peringkat dalam mana pesakit mempunyai CD4 kurang dari 200 atau mempunyai penyakit berjangkit yang lain. Lazimnya seseorang yang sihat tidak mudah dijangkiti penyakit. (Yayasan Wikipedia)
A.    ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada  tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau  melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.

B.     PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retro virus yang menunjukan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat(RNA) dan bukan asam dioksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang tepancung dimana p24 merupakan komponen structural yang utama. Tombol atau knob yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait dalam protein gp41. bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4 – positif (CD4+) adalah gp120 dari HIV.
Sel –sel CD4+ mencakup monosid, makrofag dan limfosid T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV) : limfosid T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel diatas sesudah terikat dengan membrane T4 helper, HIV akan menginjeksikan 2 utas benang RNA yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reserve transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double – stranded DNA (DNA utas – ganda ) DNA ini akan disatukan dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanent. Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh anti gen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin1)atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV: sitomegalovirus), virus Epstein – barr, herpes simplek dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainya.
Infeksi monosid dan makrofag berlangsung secara per sistem dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehiongga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfa akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV: tempat primernya adalah limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain.
Penularan, HIV masuk dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen, secret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. 3 cara penularan HIV adalah sebagai berikut:
1.      Hubungan seksual baik itu homoseksual ataupun heteroseksual. Baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap HIV.
2.      Kontak langsung dengan darah, produk darah ataupun jarum suntik misalnya transfuse darah, pemaikan jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik.
3.      Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plansenta.
Pencegahan, karena belum ada obat yang dapat mencegah serta mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling tepet untuk mengatasi atau menurunkan insidens penyakit ini yaitu:
-          Pendidikan kepada kelompok yang beresiko AIDS
-          Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya penularan.
-          Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV.

  1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang potensial, termasuk praktik seksual yang bereksiko dan penggunaan obat-obat bius IV. Status fisik dan psikologis pasien harus dinilai semua factor yang mempengaruhi sistem imun perlu digali dengan seksama.
Status nutrisi dinilai dengan menanyaka riwayat diet dan mengenali factor-faktor yang dapat mengganggu asupan oral seperti anareksia, mual, fomitus, nyeri oral atau kesulitan menelan
Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi, ulserasi, atau infeksi.
Status respiratorius dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi sputum, nafas yang pendek, ortopnea, takitnea, nyeri dada.
Status neurologis ditentukan dengan tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap orang, tempat serta waktu, dan ingatan yang hilang.
Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk menentukan turgor dan kekeringannya.
Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus dievaluasi. Disamping itu, tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai.

  1. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan umum yang utama bagi penderita penyakit AIDS dapat mencakup keadaan berikut ini:
-          Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, eksoriasi dan diare pada kulit.
-          Diare yang berhubungan dengan kuman pathogen usus dan atau infeksi HIV.
-          Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodevisiensi.
-          Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, ganmgguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru.
-          Perubahan proses piker yang berhubungan dengan penyempitan tentang perhatian, gangguan daya ingat, keingungan dan disorientasi yang menyertai ensefalopati HIV.
-          Bersihan saluran nafas tidak evektif yang berhubungan dengan pneumonia pneumocystis carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk yang menyeratai kelemahan serta keadaan mudah letih.
-          Nyeri yang berhbungan denagn gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma Kaposi dan neuropati perifer.
-          Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan penurunan asupan oral
-          Isolasi sosial yang berhungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bla dirinya menulari orang lain.
-          Berduka diantisipasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup sertyta peranannya, dan dengan prognosis yang tidak menyenangkan.
-          Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.

  1. PERENCANAAN
Perencanaan bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharan integritas kulit, pemulihan kembali kebiasaan devekasi yang normal, tidak adanya infeksi, perbaikan toleran terhadap aktivitas, perbaikan proses fakir, perbaikan kliren saluran nafas, peningkatan rasa nyaman perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi, ekspresi berduka, peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit serta perawatan – mandiri, dan tidak adanya komplikasi.

  1. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
-          Mempertahankan integritas kulit.
-          Mendapatkan kembali kebiasaan devekasi yang normal
-          Tidak mengalami infeksi
-          Mempertahankan tingakat toleransi yang memadai terhadap aktivitas
-          Mempertahankan tingkat proses berfikir yang rajin
-          Membertahankan klirens saluran nafas yang efektif
-          Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri.
-          Mempertahankan status nutrisi yang memadai
-          Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan sosial.
-          Melewati proses kesediahan atau duka cita.
-          Melaporkan peningktan pemahaman tentang penyakit AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan perawatan – mandiri.
-          Tidak adanya komplikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar