A.
Definisi
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit
ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih
lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.( Diane
C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu
penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Jadi
Artritis Reumatoid merupakan penyakit autoimun yang dapat menyebabkan inflamasi
pada sendi terutama mengenai membrane synovial pada sendi dan mengarah pada
destruksi kartilago sendi sehingga menyebabkan nyeri persendian, kaku sendi,
penurunan mobilitas dan keletihan. Dapat terjadi pada semua jenjang umur.
Klasifikasi
Artritis Rematoid ( RA )
Ø RA
Tangan
Gejala awal yang khas dan RA pada tangan ialah pembengkakan sendi PIP
yang membentuk gambaran fusiform atau spindle-shape. Keadaan ini kemudian
diikuti dengan pembengkakan sendi metakarpofalangeal (MCP) yang simetrik.
Proses peradangan yang lama akan menyebabkan kelemahan dari jaringan lunak
disertai pula dengan subluksasi falang proksimal sehingga menyebabkan deviasi
jari-jari tangan kearah ulnar (ulnar aeviation). Deviasi ulnar ini selalu
disertai dengan deviasi radial dan sendi radiocarpalis, sehingga akan
memberikan gambaran deformitas zig-zag .
Pada kasus lanjut dapat terjadi deformitas leher angsa (swan-neck) ,
sebagai akibat kombinasi dan hiper ekstensi sendi PIP dan fleksi sendi DIP.
Kombinasi dari fleksi sendi PIP dan ekstensi sendi DIP akan menyebabkan
deformitas boutonniere. Akibat dan semua ini akan mengakibatkan tangan tidak
dapat berfungsi dengan sempurna.
Ø RA
Pergelangan tangan
RA hampir selalu menyerang pengelangan tangan, pada awalnya berupa
sinovitis yang dapat diraba, dan pada keadaan lanjut terjadi deformitas
sehingga gerakan dorsofleksi pergelangan tangan terbatas (kurang dan 180o).
Proliferasi sinovia kearah palmar akan menyebabkan penekanan pada nervus
medianus sehingga mengakibatkan terjadinya sindrom carpal-tunnel, berupa
parestesi pada aspek palmar ibujari, jari kedua dan ketiga dan aspek radial
jari keempat.
Ø RA
Siku
RA siku menyebabkan pembengkakan dan kontraktur fleksi. Keadaan ini
sering dijumpai dan menyebabkan kerusanan melakukan aktivitas sehari-hari.
Ø RA
Bahu
RA bahu biasanya terjadi pada tahap lanjut penyakit ini, akibatnya
terjadi keterbatasan gerak dan rasa nyeri pada prosesus coracoid bagian bawah
dan lateral.
Ø RA
Cervikal
RA cervical menyebabkan nyeri dan kaku tengkuk. Biasanya sendi yang terserang
ialah Cl dan C2. Pada keadaan lanjut dapat terjadi subluksasi atlanto-oksipital
yang mengakibatkan penekanan pada syaraf spinal dan menyebabkan gangguan
neurologik.
Ø RA
Panggul
Gejala RA panggul yang dapat dilihat ialah gangguan jalan dan keterbatasan
gerakan sendi, sedangkan pembengkakan dan nyeri sendi sulit diobservasi,
penderita hanya merasa tidak enak di lipat paha yang menjalar ke pantat,
pinggang bawah dan lutut.
Ø RA
Lutut
Gejala yang sering terlihat ialah hipertrofi sinovia dan efusi sendi.
Ø RA
Pergelangan kaki dan kaki
RA didaerah ini memberikan gambaran yang tidak berbeda dengan RA tangan.
Subluksasi dari ibu jari kaki menyebabkan terjadinya deformitas hammer toe.
Disertai dengan deformitas lainnya akan menyebabkan kesukaran dalam menggunakan
sepatu normal, sehingga diperlukan sepatu khusus.
B. Epidemologi
Penyakit
Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar
diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis
rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria
sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan
sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan
dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini. AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun
dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua
sampai tiga kali lebih sering dari pada pria.
Insidensi penderita arthritis rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita rheumatoid.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih
dari 25% akan mengalami kelumpuhan (http://www.tempo.co.id).
Organisasi kesehatan dunia (WHO)
melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid.
Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia
55 tahun (Jaja, 1996)
Wanita tiga kali lebih sering menderita reumatoid artritis (radang sendi)
dibanding dengan laki-laki. Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan insiden
pada orang berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen,
sedangkan pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000
orang.
Hal tersebut disampaikan Profesor dr Harry Isbagio SpPD-KR dalam temu
wartawan, di Jakarta, Sabtu (11/2) lalu. Menurut dia, pada tahun 2000 jumlah
penderita reumatoid artritis sekitar 120.000 orang. Walaupun prevalensi
penyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan paling sering
menyebabkan kecacatan. Apabila tidak diobati, ujarnya, akan muncul kecacatan
dalam tempo dua atau tiga tahun kemudian.
C. Anatomi
fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon,
fasia, bursae dan persendian.
a. Tulang
Tulang
terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal dari
embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis” menjadi
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang
adalah sebagai berikut:
1.
Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
2.
Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan
jaringan lunak.
3.
Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan
kontraksi dan pergerakan )
4.
Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang
(hema topoiesis)
5.
Menyimpan garam-garam mineral.Misalnya kalsium, fosfor.
Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan
bentuknya:Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua
epifisis. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk
oleh spongi bone (Cacellous atau trabecular )
a. Tulang
pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.
b. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari
dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.
c. Tulang
yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
d. Tulang
sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan fasial,missal
patella (kap lutut)
Gambar
tulang :
b. Otot
Otot dibagi
dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan untuk menghasilkan
pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari:
1.
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system
skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan
sikap dan menghasilkan panas
2.
Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran
pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten
saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
3.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago
terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel
kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada
di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat
kolagen didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament
adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan ahir dari
suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah
suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus setiap otot dan
berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon
tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi
oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan
tendon.
f. Fasia
Fasia adalah
suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung dibawah
kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan
penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh
darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah
suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat, dimana
digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan tulang,
antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang antara
bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara presesus
dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan
tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah
dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan
klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
1. Sendi
synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
2. Sendi
amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
3. Sendi
diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya) Perubahan fisiologis pada proses
menjadi tua.
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami
perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau
remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi
pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan fungsinya sangat
bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua.
Perubahan yang terjadi pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan
dari kemunduran yang dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel
bertumbuh berkurang akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah
dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan
kekuatan.
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
Perubahan fisiologis yang umum adalah:
1. Adanya
penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada maturasi usia tua.
2. Lebar bahu menurun.
3. Fleksi
terjadi pada lutut dan pangkal paha
D.
Etiologi
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum
diketahui secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
Artritis Reumatoid, yaitu:
1. Infeksi
faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena
virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen
tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
2. Endokrin
Kelenjar endokrin
mengalami kelainan fungsi, sehingga kadar hormon di dalam darah bisa menjadi
tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. .
3. Autoimun
Pada saat ini Artritis
rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II.
autoimun terjadi karena adanya gangguan pada fungsi normal dari sistem imun,
sehingga sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Bisa juga karena
kegagalan antibodi mengenali sel tubuhnya sendiri dan menganggapnya benda asing
sehingga merusaknya.
4. Metabolik
Tulang
Tidak bisa menyimapan cadangan dan
tempat metabolisme berbagai mineral terutama kalsium dan fosfat.
5. Faktor genetic
Lebih
sering menyerang wanita daripada laki-laki. Walaupun dapat meyerang segala
jenis umur, namun lebih sering terjadi pada umur 30-50 tahun.Sebagai
faktor presdeposisi karena terdapat hubungan anatara produk komplek
histokompabilitas kelas II serta pemicu lingkungan.
E.
Manifestasi
Klinis
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang
lazim ditemukan pada penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul
sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran
klinik yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala
konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis
simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi
perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial
(sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan
di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung
selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis
erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
e. Deformitas
: kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan
dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas
tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang
besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak
terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
f.
Nodula-nodula reumatoid adalah
massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita
rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon
(sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun
demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.
g.
Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi):
reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata:
Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom SjÖgren, sistem
cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi
inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan
katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
F.
Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi
dinding sinovium merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat
trauma yang menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak
peningkatan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan menonjol
kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium
yaitu :
a. Stadium
Sinovisis
Pada stadium ini
terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema
karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan
kekakuan.
b. Stadium
Destruksi
Pada stadium ini selain
terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium
Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan
secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara
menetap.
Kelainan pada jaringan
ekstra-srtikuler :
Perubahan patologis yang dapat terjadi pda jaringan
ekstra-artikuler adalah :
·
Otot - Pada otot terjadi miopati yang pada elektromiografi
menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan
fragmentasi serabut otot serta gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel
glikogen. Selain itu umumnya pada artritis reumatoid terjadi pengecilan/atrofi
otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse atrophy) akibat inflamasi sendi yang ada.
·
Nodul Subkutan- Nodul subkutan terdiri atas unit jaringan yang nekrotik di
bagian sentral dan dikelilingi oleh lapisan sle mononuklear yang tersusun
secara radier dengan jaringan ikat yang padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel
bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh penderita artritis
reumatoid.
·
Pembukuh darah perifer – Pada pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika
intima, lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa. Terjadi perubahan pda
pembuluh darah sedang dan kecil berupa artritis nekrotik. Akibatnya terjadi
gangguan respon arteriol terhadap temperatur.
G.
Pemeriksaan
penunjang
a. Sinar
X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan
sinovium
c. Artroskopi
Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
d. Aspirasi
cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
e. Biopsi
membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
f. Pemeriksaan
cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis
yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta
menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan
atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
H.
Komplikasi
Ø Dapat
menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses granulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule
Ø Pada
otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
Ø Pada
pembuluh darah terjadi tromboemboli : Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada
pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
Ø Terjadi
splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
I.
Penatalaksanaan
a.
Medis
Penatalaksanaan
medik pada pasien RA diantaranya :
1.
Termoterapi
2.
Gizi yaitu
dengan memberikan gizi yang tepat
3.
Pemberian Obat-obatan :
Ø Anti
Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis yang
telah ditentukan.
Ø Obat-obat
untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik,
Antipyretik, Anty Inflamatory).
4.
Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian
obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi.
Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak.
Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon,
sinovektomi.
b.Keperawatan
Ø Pendidikan
: meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan prognosis penyakit
ini
Ø Istirahat
: karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
Ø Latihan
: pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini bertujuan
untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
J.
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
1. Aktivitas/
istirahat
Gejala :
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala :
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas
ego
Gejala :
Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan
)Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/
cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,
anoreksia Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
Gejala :
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala
: Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/
kenyamanan
Gejala : Fase
akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi ).
8. Keamanan
Gejala :
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi
social
Gejala :
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
10. Penyuluhan/
pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada
awitan remaja ) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “
arthritis tanpa pengujian.
Riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis. Pertimbangan : DRG
Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari. Rencana Pemulanagan: Mungkin
membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/
pemeliharaan rumah tangga.
K.
Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri
berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
nyeri, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan
Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan
untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan perurunan fungsi tulang
6. Kebutuhan
pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
L.
Rencana
Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
HYD : nyeri
hilang atau terkontrol.
a. Selidiki
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam
menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)
b. Berikan
matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri)
c. Tempatkan/
pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada
sendi)
d. Dorong
untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan)
f. Berikan
masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong
penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik,
biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian
napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai
untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
h. Beri obat
sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan
realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam
terapi)
h.
Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/
sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.)
i. Berikan
kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut).
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
nyeri, penurunan kekuatan otot.
HYD : klien
mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
a. Evaluasi/
lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat
aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi).
b. Pertahankan
istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan).
c. Bantu
dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris
jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah
posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan
tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri
dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir,
gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi
resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Gunakan
bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong
pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan
lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga
pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/
jatuh)
i.
Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam
memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan
individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
j.
Kolaborasi:
Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan
yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi:
berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk
menekan sistem inflamasi akut
3.
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran
berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
HYD :
mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi
penyakit,perubahan pada gaya hidup,dan kemungkinan keterbatasan
a. Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
(R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung)
b. Diskeusikan
arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan
bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit
mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan
persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/
Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada
bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui
dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan
melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut)
f. Susun
batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan
kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut
sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
(Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong
berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu
dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang
dapat meningkatkan citra diri)
i.
Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan
pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j.
Kolaborasi:
Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/
Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan
proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi:
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi
hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
4.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi.
HYD : klien
dapat melaksanakan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
a. Diskusikan
tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan
aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat
ini).
b. Pertakhankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung
kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam
perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
(R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan
pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi:
Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga
lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan
berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di ruma
5. Resiko
tinggi cedera Berhubungan dengan perurunan fungsi tulang
HYD : klien
dapat mempertahankan keselamatan fisik
Intervensi
·
Kendalikan lingkungan dengan
: Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat
jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam hari
siapkan lampu panggil
R/ :
Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko
cedera dan membebaskan keluaraga dari kekhawatiran konstan
·
Memantau regimen medikasi.
Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam
lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun
alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkan
R/ :
Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan
agitasi,mengagetkan klien akan meningkatkan ansietas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar