Total Kunjungan

Selasa, 06 Maret 2012

ASKEP AIDS (Aquired Imunodeficiency Syndrom)

A. PENGERTIAN
HIV adalah singkatan daripada Human Immunodeficiency Virus, iaitu sejenis virus yang bertindak dengan melemahkan dan memusnahkan sistem daya tahan badan manusia. Virus HIV telah dikenalpasti sebagai virus yang menyebabkan AIDS.
AIDS (Aquired Imunodeficiency Syndrom) diartikan sebagai bentuk paling berat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi human imunodeficiency virus atau HIV. (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).HIV (Human Imunodeficiency Virus) diartikan sebagai HTLV III (Human T-Cell Lymphotropic Virus tipe III) dan virus yang berkaitan dengan limfa denopati (LAV: limphadenopathy Asociated Virus). (Keperawatan Medikal Bedah Vol.3).
HIV/AIDS ialah singkatan bahasa Inggris untuk Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome ataupun Sindrom Kurang Daya Tahan Melawan Penyakit.
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV, (bahasa Inggeris: Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang dan memusnahkan daya ketahanan badan. AIDS adalah nama singkatan dan merupakan peringkat dalam mana pesakit mempunyai CD4 kurang dari 200 atau mempunyai penyakit berjangkit yang lain. Lazimnya seseorang yang sihat tidak mudah dijangkiti penyakit. (Yayasan Wikipedia)
A.    ETIOLOGI
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada  tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama virus dirubah menjadi HIV. Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau  melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrofag dan sel glia jaringan otak.

B.     PATOFISIOLOGI
HIV tergolong dalam kelompok virus yang dikenal sebagai retro virus yang menunjukan bahwa virus tersebut membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat(RNA) dan bukan asam dioksiribonukleat (DNA). Virion HIV (partikel virus yang lengkap yang dibungkus oleh selubung pelindung) mengandung RNA dalam inti berbentuk peluru yang tepancung dimana p24 merupakan komponen structural yang utama. Tombol atau knob yang menonjol lewat dinding virus terdiri atas protein gp120 yang terkait dalam protein gp41. bagian yang secara selektif berikatan dengan sel-sel CD4 – positif (CD4+) adalah gp120 dari HIV.
Sel –sel CD4+ mencakup monosid, makrofag dan limfosid T4 helper (yang dinamakan sel-sel CD4+ kalau dikaitkan dengan infeksi HIV) : limfosid T4 helper ini merupakan sel yang paling banyak diantara ketiga sel diatas sesudah terikat dengan membrane T4 helper, HIV akan menginjeksikan 2 utas benang RNA yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reserve transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetic dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double – stranded DNA (DNA utas – ganda ) DNA ini akan disatukan dalam nucleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanent. Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan. Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh anti gen, mitogen, sitokin (TNF alfa atau interleukin1)atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV: sitomegalovirus), virus Epstein – barr, herpes simplek dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi diaktifkan replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan dihancurkan HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas dalam plasma darah dan menginfeksi CD4+ lainya.
Infeksi monosid dan makrofag berlangsung secara per sistem dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna, tetapi sel-sel ini menjadi reservoir bagi HIV sehiongga virus tersebut dapat tersembunyi dari sistem imun dan terangkut ke seluruh tubuh lewat sistem ini untuk menginfeksi berbagai jaringan tubuh sebagian besar jaringan ini dapat mengandung molekul CD4+ atau memiliki kemampuan untuk memproduksinya. Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfa akan terinfeksi oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV: tempat primernya adalah limfoid. Ketika sistem imun terstimulasi replikasi virus akan terjadi dan virus tersebut menyebar ke dalam plasma darah yang mengakibatkan infeksi berikutnya pada sel-sel CD4+ yang lain.
Penularan, HIV masuk dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen, secret vagina, serta transmisi dari ibu ke anak. 3 cara penularan HIV adalah sebagai berikut:
1.      Hubungan seksual baik itu homoseksual ataupun heteroseksual. Baik secara vaginal, oral, maupun anal dengan seorang pengidap HIV.
2.      Kontak langsung dengan darah, produk darah ataupun jarum suntik misalnya transfuse darah, pemaikan jarum suntik tidak steril atau pemakaian bersama jarum suntik dan spuitnya pada pecandu narkotik.
3.      Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plansenta.
Pencegahan, karena belum ada obat yang dapat mencegah serta mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara yang paling tepet untuk mengatasi atau menurunkan insidens penyakit ini yaitu:
-          Pendidikan kepada kelompok yang beresiko AIDS
-          Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah terjadinya penularan.
-          Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV.

  1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan mencakup pengenalan factor resiko yang potensial, termasuk praktik seksual yang bereksiko dan penggunaan obat-obat bius IV. Status fisik dan psikologis pasien harus dinilai semua factor yang mempengaruhi sistem imun perlu digali dengan seksama.
Status nutrisi dinilai dengan menanyaka riwayat diet dan mengenali factor-faktor yang dapat mengganggu asupan oral seperti anareksia, mual, fomitus, nyeri oral atau kesulitan menelan
Kulit dan membrane mukosa diinspeksi setiap hari untuk menemukan tanda-tanda lesi, ulserasi, atau infeksi.
Status respiratorius dinilai lewat pemantauan pasien untuk mendeteksi gejala batuk, produksi sputum, nafas yang pendek, ortopnea, takitnea, nyeri dada.
Status neurologis ditentukan dengan tingkat kesadaran pasien, orientasinya terhadap orang, tempat serta waktu, dan ingatan yang hilang.
Status cairan dan elektrolit dinilai dengan memeriksa kulit serta membrane mukosa untuk menentukan turgor dan kekeringannya.
Tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya dan cara-cara penularan penyakit harus dievaluasi. Disamping itu, tingkat pengetahuan keluarga dan sahabat perlu dinilai.

  1. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan umum yang utama bagi penderita penyakit AIDS dapat mencakup keadaan berikut ini:
-          Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, eksoriasi dan diare pada kulit.
-          Diare yang berhubungan dengan kuman pathogen usus dan atau infeksi HIV.
-          Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodevisiensi.
-          Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi, ganmgguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan hipoksia yang menyertai infeksi paru.
-          Perubahan proses piker yang berhubungan dengan penyempitan tentang perhatian, gangguan daya ingat, keingungan dan disorientasi yang menyertai ensefalopati HIV.
-          Bersihan saluran nafas tidak evektif yang berhubungan dengan pneumonia pneumocystis carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk yang menyeratai kelemahan serta keadaan mudah letih.
-          Nyeri yang berhbungan denagn gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma Kaposi dan neuropati perifer.
-          Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan penurunan asupan oral
-          Isolasi sosial yang berhungan dengan stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan bla dirinya menulari orang lain.
-          Berduka diantisipasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup sertyta peranannya, dan dengan prognosis yang tidak menyenangkan.
-          Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.

  1. PERENCANAAN
Perencanaan bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharan integritas kulit, pemulihan kembali kebiasaan devekasi yang normal, tidak adanya infeksi, perbaikan toleran terhadap aktivitas, perbaikan proses fakir, perbaikan kliren saluran nafas, peningkatan rasa nyaman perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi, ekspresi berduka, peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit serta perawatan – mandiri, dan tidak adanya komplikasi.

  1. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
-          Mempertahankan integritas kulit.
-          Mendapatkan kembali kebiasaan devekasi yang normal
-          Tidak mengalami infeksi
-          Mempertahankan tingakat toleransi yang memadai terhadap aktivitas
-          Mempertahankan tingkat proses berfikir yang rajin
-          Membertahankan klirens saluran nafas yang efektif
-          Mengalami peningkatan rasa nyaman, penurunan rasa nyeri.
-          Mempertahankan status nutrisi yang memadai
-          Mengalami pengurangan perasaan terisolir dari pergaulan sosial.
-          Melewati proses kesediahan atau duka cita.
-          Melaporkan peningktan pemahaman tentang penyakit AIDS serta turut berpartisipasi sebanyak mungkin dalam kegiatan perawatan – mandiri.
-          Tidak adanya komplikasi.

TERAPI KOMPLEMENTER (COMPLEMENTERE TERAPHY )

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Setiap insan dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan organ tubuh yang canggih, seimbang dan teratur serta diberi anugrah pikiran, supaya dapat digunakan untuk menimbang mana sesuatu yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Kesehatan adalah proses melalui mana kita membentuk kembali dasar asumsi dan pandangan dunia tentang kesejahteraan dan melihat kematian sebagai alami proses kehidupan (Dossey & Keegan, 2008). Ini adalah keadaan lengkap fisik, mental, kesejahteraan sosial, dan bukan hanya ketiadaan penyakit saja. Keadaan ini adalah satu di mana individu (perawat, klien, keluarga, kelompok, atau masyarakat) mengalami rasa kesejahteraan, harmoni, dan kesatuan di mana pengalaman subjektif tentang kesehatan, keyakinan kesehatan, dan nilai-nilai yang dihormati. Budaya kerendahan hati ditujukan di mana perawat model nonjudgment, keterlibatan, dan keinginan untuk memahami dimensi budaya dan kesehatan perawatan. Untuk menjadi budaya rendah hati adalah untuk menunjukkan rasa hormat dan pemahaman orang lain yang mungkin memiliki praktik, nilai, dan perspektif yang berbeda dari seseorang sendiri. Ini meliputi kesediaan dengan budaya sendiri kritik seseorang dan motivasi untuk memahami budaya orang lain, memberikan perhatian pada kesamaan, perbedaan, dan kekuasaan. Terapi di keperawatan adalah konsep diri sebagai penyembuh harus dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk akan pengetahuan dan terampil dalam pengiriman,arahan,atau konseling,pasien dalam penggunaan berbagai terapi. Hal ini mencakup pemahaman kesehatan. Terapi Komplementer ini sudah dikenal secara luas serta telah digunakan sejak dulu dalam dunia kesehatan. Namun, dalam beberapa survei yang telah dilakukan mengenai penggunaan terapi komplementer, cakupan terapi komplementer sendiri masih agak terbatas. Seperti Thomas Friedman (2005) mengatakan; saat ini, dunia kesehatan, termasuk salah satunya praktisi keperawatan masih bingung tentang apa itu terapi komplementer. Memperluas pengetahuan tentang perspektif obat pelengkap seperti terapi komplementer, dilakukan oleh sebagian orang-orang dalam beberapa budaya di dunia yaitu sangat penting untuk perawatan kesehatan yang kompeten.. Dengan demikian sangat penting bagi perawat profesional kesehatan untuk melakukan penilaian holistik pasien mereka untuk menentukan arah yang luas dari penyembuhan praktek-praktek yang akan mereka jalankan. Hal ini berlaku tidak hanya bagi pasien baru, tapi untuk semua pasien. Penggunaan terapi komplementer / alternatif menjadi lebih kompleks terhadap tingkat pemahaman pribadi. Dalam masing-masing terapi komplementer, komunikasi penyembuhan sering terjadi antara perawat dan pasien. Ini adalah aliran bebas dari yang verbal dan nonverbal yaitu sebagai pertukaran antara dua atau lebih orang. Terapi komplementer adalah salah satu model terapi yang digunakan perawat dalam melakukan perawatan kepada pasien. Untuk perawat di seluruh dunia yang menggunakan terapi komplementer kepada pasien dapat memberikan layanan yang berkualitas holistik. Pelengkap & Alternatif Terapi di keperawatan dapat menggambarkan bagaimana perawat dapat membantu pasien dalam penyembuhannya. perawat mengakui bahwa penggunaan terapi komplementer dapat menyebabkan pemahaman pribadi dan makna yang lebih komplek. Dalam masing-masing terapi komplementer, komunikasi penyembuhan sering terjadi antara perawat dan pasien. Ini adalah aliran bebas dari verbal dan nonverbal pertukaran antara dua atau lebih orang dan mungkin juga memasukkan cerita terkait dengan makhluk yang signifikan, seperti hewan peliharaan, alam, dan Tuhan atau Life Force di mana makna dan pengalaman dapat menyebabkan saling memahami dan mengerti. Perawat harus mengintegrasikan kehadirannya. Kehadiran adalah hal penting dalam penyembuhan dan cara mendekati seorang individu dalam cara saling menghormati dan menghormati esensi nya. Hal ini berkaitan dengan cara yang mencerminkan kualitas dan kolaborasi dengan orang lain. Hal ini memungkinkan perawat untuk masuk ke dalam pengalaman yang mempromosikan potensi penyembuhan dan pengalaman kesejahteraan pasien. Terapi di Perawatan adalah bahwa konsep diri sebagai penyembuh harus dipahami dan dialami oleh setiap perawat untuk dia atau dia akan berpengetahuan dan terampil dalam pengiriman, arahan, atau konseling pasien dalam penggunaan terapi komplementer atau alternatif. Snyder Mariah adalah Profesor Emeritus di University of Minnesota School of Nursing. Dia berkarir dalam mengajar kursus pelengkap terapi, melakukan penelitian tentang penggunaan pelengkap terapi pada penderita demensia, mengelola stres pada orang dengan penyakit kronis, dan membantu perawat internasional dalam menggabungkan terapi komplementer dalam praktek dan pendidikan. Snyder adalah anggota pendiri Pusat Spiritualitas dan Penyembuhan di Pusat Kesehatan Akademik di University of Minnesota, dan juga merupakan kontributor utama untuk pembangunan interdisipliner dari yang kecil-kecil yang pertama seperti di Amerika Serikat. Kegiatan ketika dia pensiun yang dia lakukan adalah menggunakan terapi komplementer pada wanita dengan kecanduan yang dipenjara. Minat yang kuat dalam terapi penyembuhan efektif dan praktek dari negara dan budaya di seluruh dunia dalam penyediaan layanan kesehatan. Dunia menjadi semakin kecil, dengan ini perlu memahami penggunaan terapi CAM dan praktek adat untuk berbagai budaya dan populasiPerubahan ini dapat berfungsi untuk memperluas dan memperdalam pemahaman kita tentang dasar dan penggunaan terapi komplementer. Penggunaan terapi komplementer komplementer ini, manusia menjadi peduli dan berpengetahuan. Ini adalah keadaan moral di mana perawat membawa pasien ke dalam hubungan yang signifikan makhluk yang memperkuat makna dan pengalaman kesatuan dan persatuan. Bekerja dengan pasien untuk memilih dan menerapkan terapi ini adalah hak istimewa dan tanggung jawab. Hal ini bermanfaat bagi perawat masing-masing, yang memiliki pengalaman terapi sebelum menggunakannya sehingga dapat mengantisipasi berbagai emosi yang mungkin terwujud selama dan sesudah sesi. Perawat yang mengintegrasikan komplementer atau terapi alternatif yang menunjukkan kapasitas kepemimpinan untuk menginspirasi orang lain untuk bertindak untuk mengubah pelayanan kesehatan yang dapat menyebabkan orang sehat dan dunia yang sehat (Nightingale Initiative for Global Health, 2009). Untuk mengubah pelayanan kesehatan untuk memasukkan praktek yang berpusat pada pasien dan melibatkan perawat dalam hubungan yang memadukan terapi komplementer atau alternatif . Terapi ini menyebabkan perkembangan penyembuhan individu, organisasi, dan masyarakat. Mayoritas masyarakat sudah menggunakan terapi ini, dan permintaan hanya terus berkembang. Hal ini penting bagi perawat untuk memiliki sumber daya yang tersedia dan memberikan informasi terkini tentang pengobatan komplementer dan alternatif (CAM). Perawat perlu sumber daya untuk menyediakan pasien dengan dasar informasi serta jawaban atas pertanyaan mereka tentang CAM terapi, termasuk pertanyaan tentang keamanan dan kemanjuran. Perawat professional perlu informasi tentang potensi kontraindikasi untuk terapi ini serta potensi interaksi mereka dengan bersamaan ditentukan terapi medis konvensional. Kita juga perlu pengetahuan tentang terapi diri kita sendiri sehingga kita dapat menawarkan pasien sebagai pilihan yang diperluas untuk kenyamana. Perawat tidak kehilangan kesempatan untuk mempekerjakan terapi yang bisa menguntungkan pasien yang kesakitan (dapat meringankan) atau mencegah kegelisahan, juga penting bagi perawat untuk mengidentifikasi terapi yang mungkin disalahgunakan atau memiliki efek samping pada pengguna. Penggunaan terapi komplementer adalah sebuah usaha di mana perawat dapat integral terlibat. Banyak perawat telah menyediakan kepemimpinan dalam penelitian, pendidikan, dan praktek aplikasi terapi ini. Sebagai permintaan konsumen untuk penggunaan terapi komplementer terus meningkat, sangat penting bahwa perawat mendapatkan pengetahuan tentang terapi pelengkap, sehingga mereka dapat memilih dan memasukkan pasien dalam praktek, dan memberikan pasien dengan informasi tentang terapi, dihubungi tentang penelitian dan praktek pedoman yang berkaitan dengan pelengkap terapi, pasien waspada terhadap kontraindikasi mungkin dan bahkan menggabungkan beberapa terapi ini ke perawatan diri mereka. 

A.    Definisi terapi komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi Komplementer  adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,preventive,kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergis dan terintregrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional-alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang daoat diselenggarakan secara sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menteri kesehatan setelah memalui pengkajian.
Untuk mendukung penyelenggaran pengobatan tersebut Kementrian Kesehatan telah menerbitkan keputusan menteri kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional dan peraturan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/PER/X/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer –alternatif difasilitas kesehatan pelayanan kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.

B.     Kegunaan dari terapi komplementer
Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan ketenangan spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007, Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel pembentuk daya tahan tubuh  untuk berkembang dan memperbanyak diri.
Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital, seperti; paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan tubuh dan sel- sel CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat,” kata Putu Oka. Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung untuk mengolah makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-titik tubuh yang berhubungan dengan organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.
Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal,” kata Putu Oka yang juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang kesehatan alami. Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran. “Reaksi pertama yang ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres. Padahal stres merupakan penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh,” kata Putu Oka. Untuk mempertahankan ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti meditasi dan oleh napas untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas saat meditasi membantu paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap HIV yang telah mengikuti terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya. “Dengan mengikuti meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat, CD4 saya selalu di atas 600. Padahal umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di bawah 500,” kata Idong. Dia mengaku sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya belum di bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200. ujarnya.


C.    Strategi dalam menjalankan terapi komplementer
Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan dengan sebuah strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana yang akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita ketika ingin mendirikan terapi komplementer?.
Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana memamfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan tersebut” (Jones, et al., 2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan oleh setiap entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin banyak mendapatkan perhatian dan dibahas dalam literatur dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan sehubungan dengan misalnya: strategi asortimen, produk-strategi, permasalahan strategi, sampai dengan diversifikasi-strategi bisnis. Di dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga bisa berlandas pada elemen esensial sebagai berikut:
1.      Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang perlu dicapai.
2.   Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau membatasi kegiatan.
3.   Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang ditetapkan di dalam batas-batas yang digariskan.


D.    Hal-hal yang dipehatikan dalam menjalankan terapi komplementer
a)      Terapi komplementer termasuk  dari CV (Comanditaire Venootschap)
CV atau Comanditaire Venootschap adalah bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para pengusaha yang ingin melakukan kegiatan usaha dengan modal yang terbatas. Karena, berbeda dengan PT yang mensyaratkan minimal modal dasar sebesar Rp50.000,- dan harus di setor ke kas perseroan minimal 25%nya,  sedangkan untuk CV tidak ditentukan jumlah modal minimal. Jadi, misalnya seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro jasa, perdagangan, catering, serta terapi komplementer dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai alternatif badan usaha yang memadai.
Perbedaan yang mendasar antara PT dan CV adalah, PT merupakan badan hukum yang dipersamakan kedudukannya dengan orang dan mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya. Jadi, PT dapat bertindak keluar, di dalam maupun di muka pengadilan, sebagaimana halnya yang memiliki harta kekayaan sendiri. Sedangkan CV, dia merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan kekayaan para pendirinya tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
Karakteristik CV yang tidak dimiliki badan usaha lainnya adalah: CV didirikan minimal oleh dua orang, dimana salah satunya akan bertindak selaku Persero Aktif (persero pengurus) yang nantinya akan bergelar Direktur, sedangkan yang lain akan bertindak selaku Persero Komanditer (Persero diam). Seorang persero aktif akan bertindak melakukan segala tindakan pengurusan atas Perseroan; dengan demikian, dalam hal terjadi kerugian maka Persero Aktif akan bertanggung jawab secara penuh dengan seluruh harta pribadinya untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga. Sedangkan untuk Persero Komanditer, karena dia hanya bertindak selaku sleeping partner, maka dia hanya bertanggung jawab sebesar modal yang disetorkannya ke dalam perseroan.
Perbedaan lain yang cukup penting antara PT dengan CV adalah, dalam melakukan penyetoran modal pendirian CV, di dalam anggaran dasar tidak disebutkan pembagiannya seperti halnya PT. Jadi, para persero harus membuat kesepakatan tersendiri mengenai hal tersebut, atau membuat catatan yang terpisah. Semua itu karena memang tidak ada pemisahan kekayaan antara CV dengan kekayaan para perseronya.




b)      Cara mendirikan CV?
CV dapat didirikan dengan syarat dan prosedur yang lebih mudah daripada PT, yaitu hanya mensyaratkan pendirian oleh 2 orang, dengan menggunakan akta Notaris yang berbahasa Indonesia. Walaupun dewasa ini pendirian CV mengharuskan adanya akta notaris, namun dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan bahwa pendirian CV tidak mutlak harus dengan akta Notaris. Pada saat para pihak sudah sepakat untuk mendirikan CV, maka dapat datang ke kantor Notaris dengan membawa KTP. Untuk pendirian CV, tidak diperukan adanya pengecekan nama CV terlebih dahulu. Oleh karena itu proses nya akan lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan pendirian PT. Namun demikian, dengan tidak didahuluinya dengan pengecekan nama CV, menyebabkan nama CV sering sama antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum datang ke Notaris adalah adanya persiapan mengenai:
1.      Calon nama yang akan digunakan oleh CV tersebut
2.      tempat kedudukan dari CV
3.      Siapa yang akan bertindak selaku Persero aktif, dan siapa yang akan bertindak selaku persero diam.
4.      Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV tersebut (walaupun tentu saja dapat mencantumkan maksud dan tujuan yang seluas-luasnya). Untuk menyatakan telah berdirinya suatu CV, sebenarnya cukup hanya dengan akta Notaris tersebut, namun untuk memperkokoh posisi CV tersebut, sebaiknya CV tersebut di daftarkan pada Pengadilan Negeri setempat dengan membawa kelengkapan berupa Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP) dan NPWP atas nama CV yang bersangkutan.
Apakah itu akta, SKDP, NPWP dan pendaftaran pengadilan saja sudah cukup?
Sebenarnya semua itu tergantung pada kebutuhannya. Dalam menjalankan suatu usaha yang tidak memerlukan tender pada instansi pemerintahan, dan hanya digunakan sebagai wadah berusaha, maka dengan surat-surat tersebut saja sudah cukup untuk pendirian suatu CV. Namun, apabila menginginkan ijin yang lebih lengkap dan akan digunakan untuk keperluan tender, biasanya dilengkapi dengan surat-surat lainnya yaitu:
1.      Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2.      Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
3.      Tanda Daftar Perseroan (khusus CV)
4.      Keanggotaan pada KADIN Jakarta.

Pengurusan ijin-ijin tersebut dapat dilakukan bersamaan sebagai satu rangkaian dengan pendirian CV dimaksud, dengan melampirkan berkas tambahan berupa:
1.      Copy kartu keluarga Persero Pengurus (Direktur) CV
2.      Copy NPWP Persero Pengurus (Direktur) CV
3.      Copy bukti pemilikan atau penggunaan tempat usaha, dimana
a.       apabila milik sendiri, harus dibuktikan dengan copy sertifikat dan copy bukti
b.      pelunasan PBB th terakhir
c.       apabila sewa kepada orang lain, maka harus dibuktikan dengan adanya
d.      perjanjian sewa menyewa, yang dilengkapi dengan pembayaran pajak sewa oleh pemilik tempat. sebagai catatan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta, untuk wilayah Jakarta, yang dapat digunakan sebagai tempat usaha hanyalah Rumah toko, pasar atau perkantoran. Namun ada daerah-daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai tempat usaha yang tidak membayakan lingkungan, asalkan mendapat persetujuan dari RT/RW setempat.
4.         Pas photo ukuran 3X4 sebanyak 4 lembar dengan latar belakang warna merah.

Jangka waktu pengurusan semua ijin-ijin tersebut dari pendirian sampai dengan selesai lebih kurang selama 2 bulan. Sebagai penutup saya sarankan agar dalam mendirikan suatu bidang usaha, alangkah baiknya untuk dipertimbangkan dari segala segi, tidak hanya dari segi kepraktisannya, namun juga dari segi pembagian resiko di antara para persero, agar tidak terjadi pertentangan di kemudian hari.
Pelengkap terapi komplementer sering diberikan dalam konteks terapi lain. Hal ini membuat kita sulit untuk membedakan efek dari terapi komplementer dari orang-orang terhadap terapi lain yang diberikan secara bersamaan, sedangkan bedah termasuk efek dari penyakit lainnya secara proses dan perawatannya. Terapi komplementer mungkin memiliki efek langsung dan efek tidak langsung serta efek bermanfaat dan merugikan. Dan ini harus ditentukan melalui pengamatan sistematis dan penelitian.Walaupun mekanisme tindakan sudah banyak dilakukan, namun terapi komplemnter masih tetap sulit dipahami. Sulit untuk dimengerti efeknya tanpa melakukan framing terapi, baik di dalam budaya ataupun praktek tradisi penyembuhan. Begitu juga dengan syarat serta hasil yang mampu dicapai di seluruh budaya mungkin tidak sama, sehingga hambatan untuk transglobalkomunikasi dan  belajar dari pengalaman dan didukung bukti dasar. Sekedar mengetahui bahwa terapi bermanfaat, tidak cukup. Pertanyaan yang harus dijawab, misalnya: Kondisi dimana atau seperti apa yang membuat terapi komplementer efektif dilakukan? Apakah saja dosis-dosis yang dibutuhkan? Seberapa sering terapi harus diberikan untuk mencapai manfaat? Berapa lama efeknya? Berapa banyak asuransi terapi yang mencakup?
Kebutuhan studi pada efektivitas-biaya terapi komplementer  dan untuk penelitian yang membandingkan secara kontras tentang terapi komplementer dengan terapi konvensional lainnya (IOM, 2002). Pertimbangan Budaya Studi terapi relevan dengan penuaan populasi, populasi bervariasi tahap perkembangan, dan mereka yang memiliki latar belakang budaya yang beragam juga diperlukan. Populasi ini memberikan tantangan untuk desain, perekrutan, dan pelaksanaan studi. Subyek Lansia sering memiliki berbagai komorbiditas dan dapat mengambil beberapa obat. Bahasa dan kurangnya pemahaman budaya dapat menimbulkan hambatan bagi masuknya imigran baru. Akses ke anak-anak, remaja, orang dewasa yang rentan, dan isu-isu etis yang unik seputar perekrutan dan partisipasi mereka juga dapat dianggap sebagai hambatan bagi masuknya kelompok ini. Ada hasil lain yang ingin dicapai oleh konsumen perawatan kesehatan yaitu terapi ditampilkan memiliki efek kesehatan yang menguntungkan serta bukanlah satu-satunya alasan yang sah untuk penggunaannya. Imigran cenderung menggunakan terapi komplementer yang pertama saja dan kemudian mencari bantuan medis konvensional jika ini tidak efektif (Garce's, Scarinici, & Harrison, 2006).
Terapi komplementer mungkin memiliki signifikansi budaya atau kondisi terikat dengan tradisi penyembuhan; terapi dapat menyebabkan perdamaian pikiran pasien. Jika mereka dari negara-negara lain datang ke Amerika Serikat, budaya kepercayaan dalam pengobatan terapi  komplementer tidak berubah. Dalam mempertimbangkan penggunaan terapi komplementer, biaya, risiko, dan nilai untuk penerimaanya merupakan permasalahan esensial yang harus diperhatikan terlebih dahulu.

E.     Syarat-syarat dalam mendirikan terapi komplementer
a.      Dasar Hukum
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan akupunktur di sarana pelayanan kesehatan. Di dalam salah satu pasal dari Permenkes tersebut menyebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilaksanakan dan diterapkan pada sarana pelayanan kesehatan sebagai pengobatan alternatif di samping pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalam Permenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
b.      Konsep Keilmuan
Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat. Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Terapi komplementer relatif aman karena menggunakan cara- cara alami yang jauh dari bahan- bahan kimia yang jelas-jalas banyak memberikan efek samping pemakainya. Namun, walaupun alami tetap harus dikaji dan diteliti tingkat keefektifan dan keamanannya. Memang penelitian tentang terapi komplementer masih jarang, dikarenakan belum memiliki standar yang baku. Terapi ini tidak selalu dirancang untuk mengobati penyakit tertentu, beberapa terapi alternatif merawat orang secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini mungkin dapat mengembalikan keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan aliran energi. Penelitian ilmiah sangat mahal biayanya. Pembuat terapi alternatif seringkali tidak mampu membayar untuk sebuah penelitian ilmiah. Pemerintah lebih cenderung untuk mendanai penelitian obat-obatan barat karena dipandang lebih efektif. Dengan hak paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang membantu mendanai penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak dapat dipatenkan. Namun halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi komplementer yang secara sukses diteliti, beberapa terapi telah teruji dan terbukti kemanjurannya.

LITERATUR


Betel for Herbal Medicine

Green Betel

Red Betel



Why the specially in Indonesia herbal medicine more use for treatment be sides medical medicine or hemistry medicine? we know if in Indonesia has very-very many culture. If we look from the culture very many people that to use herbal as treatment. because herbal more easy to can and than more keep. And than we know if medical medicine/chemistry medicine more hard to can and more expensive.
Herbal medicine also called botanical medicine or phytomedicine, refers to the use of a plans, seeds berries, roots, leaves, bark, or flowers for medical purposes. Long practiced outside of conventional medicine. Herbalism is becoming more mainstream as improvements in analysis and quality control along with advances in clinical research show their value in the treatment and prevention of disease.
The type of herbal is Betel. This plant can grow until up 15 meter. This plant has many colors, there are red, green, etc. The plant likes heart, sharp pointed (berujung). This plant gives especialy fragrant. The plant have long 3-8 cm and broad 2-8 cm.
An analysis of the betel leaf shows it to consist of moisture 85.4 percent, protein 3.1 percent, fat 0.8 percent, minerals 2.3 percent, fiber 2.3 percent and carbohydrates 6.1 percent per 100 grams. Its minerals and vitamin contents are calcium, carotene, thiamine, riboflavin, niacin and vitamin C
The oil of atsiri from betel has fly oil (betlephenol), sekskuiterpen, essence, diastase, sugar, samak and chavicol that killing bacterial and antiokside and fungisida. Betel more can removed body fragment from bacteria and fungus. The plant too have type for blood difine. The plant can to treatment, like to skin and fecal elimination and than can to coagh treatment, hemostatic and define blooding. From epistaksis (mimisan) usually we can use the betel clean, have roll and we can use the plant in your nose.
The fungtion of betel
1.      Scanty or Obstructed Urination
Betel leaf juice is credited with diuretic properties. Its juice, mixed with dilute milk and sweetened slightly, helps in easing urination.
2.      Weakness of Nerves
Betel leaves are beneficial in the treatment of nervous pains, nervous exhaustion and debility. The juice of a few betel leaves, with a teaspoon of honey, will serve as a good tonic. A teaspoon of this can be taken twice a day.
3.      Headaches
The betel leaf has analgesic and cooling properties. It can be applied with beneficial results over the painful area to relieve intense headache.
4.      Respiratory Disorders
Betel leaves are useful in pulmonary affection in childhood and old age. The leaves, soaked in mustard oil and warmed, may be applied to the chest to relieve cough and difficulty in breathing.
5.       Constipation
In the case of constipation in children, a suppository made of the stalk of betel leaf dipped in castor oil can be introduced in the rectum. This instantly relieves constipation.
6.      Sore Throat
Local application of the leaves is effective in treating sore throat. The crushed fruit or berry should be mixed with honey and taken to relieve irritating cough.
7.      Inflammation
Applied locally, betel leaves are beneficial in the treatment of inflammation such as arthritis and orchitis, that is inflammation of the testes.
8.      Wounds
Betel leaves can be used to heal wounds. The juice of a few leaves should be extracted and applied on the wound. Then a betel leaf should be wrapped over and bandaged. The wound will heal up with a single application within 2 days.
9.      Boils
The herb is also an effective remedy for boils. A leaf is gently warmed till it gets softened, and is then coated with a layer of castor oil. The oiled leaf is spread over the inflamed part. This leaf has to be replaced, every few hours. After a few applications, the boil will rupture draining all the purulent matter. The application can be made at night and removed in the morning.
10.  Lumbago
A hot poultice of the leaves or their juice mixed with some bland oil such as refined coconut oil can be applied to the loins with beneficial results in lumbago.
11.  Problem of Breast Milk Secretion
The application of leaves smeared with oil is said to promote secretion of milk when applied on the breasts during lactation.
12.  Precautions
Cancer of the mouth and lips has been found to be more frequent in areas where the betel chewing habit is widely prevalent. Other ill-effects of pan-chewing like dyspepsia, pyorrhea, cancer of the tongue and cheeks have also been observed amongst excessive chewers.
Betel to using for outside the body
1.      Eksem
2.      Pyodermi
3.      Eye iritation
4.      Erysipelas

The example using betel for cleaning the eyes to prevent for irritations:
1.      Takes 4-6 leaf of batel
2.      Wash to clean
3.      Boiling 500 ml of water in pan
4.      Add betel, still slowly for 10 minutes
5.      Take the pan from fire
6.      Take the betel leaf from the boiling water
7.      Wait until betel water to lukewarm
8.      The water ready to  use to wash your eyes
So………….. come on we back to nature with herbal medicine. With herbal medicine we can lifes good!!!